TRANSFORMASI KESEHATAN MASYARAKAT PEDESAAN MELALUI AKSI SOSIAL INTERDISIPLINER: STUDI KASUS SOCIAL WARRIOR 1.0 DI NTB
Keywords:
adolescents, children, health, nutrition, pregnancy, stuntingAbstract
AbstrakDesa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur memiliki potensi agrowisata yang besar, namun menghadapi tantangan serius di bidang kesehatan, seperti tingginya angka stunting, pernikahan dini, dan keterbatasan akses layanan kesehatan dan pendidikan. Sebagai respon terhadap kondisi tersebut, Divisi Kesehatan Social Warrior 1.0 Lombok melaksanakan pengabdian masyarakat dengan lima program utama. Program 1 melibatkan 13 ibu hamil, ditemukan satu kasus hipertensi, dua ibu dengan risiko usia ekstrem, dan 46,15% mengalami anemia ringan hingga sedang. Sebanyak 84,61% belum mengetahui pentingnya konsumsi asam folat, dan 15,38% belum memahami metode EMO-DEMO. Program 2 melibatkan 39 siswa SD, dengan 17,94% mengalami gizi buruk/kurang dan 33,33% menderita Kekurangan Energi Kronik (KEK). Edukasi seperti CTPS, sikat gigi, dan jajanan sehat dipahami oleh mayoritas siswa (74–94%). Program 3 mencakup 44 siswa SD dan SMP, dengan 22,72% mengalami gizi buruk atau berlebih, dan 4,54% mengalami KEK. Pemahaman siswa terhadap materi kesehatan reproduksi dan pernikahan dini meningkat setelah edukasi, dengan lebih dari 84% menyatakan paham. Program 4 membangun kolaborasi harmonis antara tenaga kesehatan profesional dan paraji, memperkuat pertukaran pengetahuan berbasis budaya lokal. Program 5 melibatkan senam sehat, pemeriksaan fisik dan laboratorium dasar (Hb, glukosa, kolesterol, asam urat), yang memberikan gambaran kondisi kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Program ini diharapkan mampu meningkatkan literasi kesehatan, menurunkan angka stunting, serta memperkuat sinergi antara pendekatan budaya dan layanan kesehatan modern.
Kata kunci: anak, gizi, hamil, kesehatan, remaja, stunting
Abstract
Sajang Village, located in Sembalun Subdistrict, East Lombok, holds significant agro-tourism potential but faces serious public health challenges, such as high stunting rates, early marriage, and limited access to healthcare and education services. In response to these conditions, the Health Division of Social Warrior 1.0 Lombok carried out a community service program consisting of five main activities. The 1st program involved 13 pregnant women, identifying one case of hypertension, two mothers with extreme age-related risk (<20 and >35 years), and 46.15% experiencing mild to moderate anemia. A total of 84.61% had no prior knowledge of folic acid intake, and 15.38% had difficulty understanding the EMO-DEMO nutrition education method. The 2nd program reached 39 elementary school students, with 17.94% experiencing malnutrition or undernutrition, and 33.33% suffering from Chronic Energy Deficiency (CED). Educational topics such as handwashing with soap (CTPS), proper tooth brushing, and healthy snacking were understood by the majority of students (74–94%). The 3rd Program included 44 elementary and junior high school students, with 22.72% experiencing undernutrition or overnutrition, and 4.54% diagnosed with CED. Students' understanding of reproductive health and early marriage significantly increased after the educational session, with over 84% reporting comprehension. The 4th program fostered a harmonious collaboration between professional health workers and traditional birth attendants (paraji), enhancing mutual knowledge exchange rooted in local culture. The 5th program featured healthy exercise, physical assessments, and basic laboratory tests (Hb, glucose, cholesterol, uric acid), offering a comprehensive overview of community health status. This program is expected to improve health literacy, reduce stunting, and strengthen synergy between cultural approaches and modern health services.
Keywords: adolescents, children, health, nutrition, pregnancy, stunting