STRATEGI COPING PADA SINGLE MOTHER YANG BERCERAI

  • Rully Afrita Harlianty Universitas Aisyah Pringsewu
  • Rima Wilantika Universitas Aisyah Pringsewu
  • Vera Agustin Universitas Aisyah Pringsewu
  • Sutinah Sutinah Universitas Aisyah Pringsewu
Keywords: coping , single mother, perceraian.

Abstract

Mengasuh anak bukanlah hal yang mudah. Tanggung jawab pengasuhan anak ada pada kedua
orang tuanya. Tanggung jawab ini akan terasa lebih ringan ketika kedua orang tua saling
bekerjasama dan berbagi dalam menghadapi setiap masalah yang ada dalam pengasuhan anak.
Baik itu masalah ekonomi, emosi, ataupun pendidikan anak-anak-nya. Beban yang dipikul akan
terasa lebih berat ketika tanggung jawab pengasuhan anak ditanggung sendirian. Hal ini lah yang
dialami oleh para orang tua tunggal. Pada ibu yang mengasuh anaknya sendirian atau single
mother, harus bisa berperan ganda, baik jadi ayah ataupun ibu bagi anak-anaknya. Selain harus
lebih bisa memperhatikan anak- anaknya, ibu tersebut harus bisa bekerja untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi dan pendidikan anak-anaknya. Beratnya tanggung jawab dan kesulitan yang
dihadapi itu, dapat membuat individu menjadi stres. Stres merupakan hasil dari tidak adanya
kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapan) dan
lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan
terhadap dirinya secara efektif (Fincham & Rhodes dalam Munandar, 2001). Lalu bagaimana
coping single mother yang mengalami stres tersebut.
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran stres yang dialami single mother yang bercerai,
mengetahui penyebab stres yang dialami oleh single mother, dan mengetahui gambaran coping
yang dialakukan single mother untuk mengatasi stres tersebut. Dengan tujuan tersebut, maka
pendekatan penelitian yang tepat adalah pendekatan kualitatif studi kasus. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode observasidan wawancara mendalam. Subjek dalam penelitian ini adalah
seorang wanita berusia 35 tahun yang berperan sebagai single mother untuk kedua anak-anaknya
Dari analisis data yang dilakukan, maka diketahui bahwa subjek mengalami gejala
suasana hati (menangis, marah, melamun) dan gejala organ dalam badan (pusing,kondisi badan
melemah, pingsan). Stres subjek berasal dari dirinya sendiri, keluarga, komunitas, dan gangguan
sehari-hari. Subjek melakukan problem solving focused coping (bekerja, tidak berdiam diri,
menceritakan masalah ke orang lain, dan tidak menceritakan masalah kpd anak-anaknya) serta
emotion focused coping (diam agartenang, mendekatkan diri pada Tuhan, mengaji).

Published
2021-11-30