Main Article Content
Abstract
Permasalahan gizi merupakan salah satu masalah utama pada negara berkembang, termasuk Indonesia. Pendek (stunting) merupakan masalah gizi kronis yang dapat memberikan gambaran kegagalan pertumbuhan yang terakumulasi sejak sebelum dan sesudah kelahiran yang diakibatkan oleh tidak tercukupinya zat gizi. Tingginya angka prevalensi stunting di Kabupaten Tanggamus yaitu 26,8% yang melebihi standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20% yang artinya stunting baduta di Kabupaten Tanggamus masih diatas batas toleransi yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Nasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan praktik Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) pada baduta usia 6-24 bulan dengan kejadian stunting.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, dengan desain Cross Sectional, dengan jumlah sampel penelitian 100 orang ibu yang memiliki baduta usia 6-24 bulan di Posyandu Desa Purwodadi, Gisting Bawah, dan Banjar Manis wilayah kerja Puskesmas Gisting yang diambil secara consecutive sampling. Pengumpulan data diperoleh melalui pengukuran panjang badan untuk kejadian stunting, wawancara untuk data IMD, pemberian ASI Ekslusif, praktik PMBA, riwayat penyakit ISPA, riwayat penyakit Diare, serta survey konsumsi makan dengan menggunakan food recall 24 hours untuk data riwayat asupan energy, protein dan kalsium, kemudian data diolah dan dianalisis secara deskriptif analitik menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian di tempat penelitian menunjukkan prevalensi kejadian stunting sebesat 26%. Faktor yang terbukti berhubungan dengan stunting adalah praktik pemberian makan bayi dan anak (PMBA) p=0,032, sedangkan IMD p=0,211 dan ASI Ekslusif p=0,283 yang tidak berhubungan dengan kejadian stunting. Dari hasil regresi logistic ganda, faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah PMBA dengan OR 3,27 (1,22-8,57) dengan nilai p=0,018.
Praktik PMBA merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting. Promosi dan pendidikan kesehatan tentang PMBA sebaiknya diberikn sejak masa kehamilan untuk mencegah kegagalan pertumbuhan, promosi PMBA yang lebih dekat dengan masyarakat dengan memnfaatkan kader yang telah mengikuti pelatihan konseling PMBA dan membuat panduan PMBA yang dilengkapi resep makanan dan tips yang disesuaikan dengan umur anak.