Main Article Content

Abstract

Ruptur perineum menjadi salah satu penyebab terjadinya perdarahan jika tidak ditangani dengan baik serta risiko terjadinya infeksi pada luka jahitan. Hasil studi Puslitbang Kemenkes menyebutkan bahwa satu dari lima ibu bersalin mengalami ruptur perineum dan yang tidak ditangani dengan baik akan meninggal dunia dengan persentasi 21,74%. Hasil prasurvey di PMB Panca Sukmawati tahun 2019, angka kejadian ruptur perineum mencapai 48,33%. Beberapa faktor penyebab dari ruptur perineum adlah paritas dan berat badan bayi baru lahir sehingga tujuan penelitian untuk membuktikan ada tidaknya hubungan paritas dan berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin di PMB Panca Sukmawati Kampung Tanjung Rejo tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin tahun 2020 dengan jumlah sampel populasi dan sebanyak 66 ibu. Jenis data sekunder dengan instrumen pengumpulan data menggunakan lembar checlist. Analisis data univariat menggunakan distribusi frekuensi, analisa bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan karakteristik ibu sebagian besar berumur  20-35 tahun (77,27%) dan jenis persalinan spontan (95,45%), kejadian ruptur perineum sebanyak (31,82%), paritas multipara sebanyak (69,70%) dan dengan berat < 3.500 gr sebanyak (86,36%). Ada hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum dengan p-value 0,017 dan OR= 4,400. Ada hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum dengan p-value sebesar 0,024 dan OR=5,600. Saran bagi bidan untuk mengajarkan ibu cara maneran yang benar serta mengikuti pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan ibu dalam melakukan pertolongan persalinan normal

Keywords

Paritas, berat badan bayi baru lahir, ruptur perineum

Article Details